Posts

Showing posts from September, 2018

Mari Berbincang Soal Takdir

Hari ini aku merenung.. Memikirkan sudah berapa orang yang akan menegur tindakanku. Mungkin selama ini, ada lebih dari lima orang yang sudah mengingatkannya.. Desir darah yang mengalir di tubuhku berjalan dengan cepat, aku ingin menangis saat mereka menegurku. Kenapa? Aku tidak bisa bertahan di atas semua ini. Aku sakit. Mereka selalu mengatakan padaku.. "Hei, Mutiara. Aku ingin mengucapkan terimakasih padamu." Aku tidak tau apa maksud dibalik kata-kata itu. Tak jarang, aku menanggapinya dengan bertanya balik.. "Berterimakasih kenapa?" Hatiku sungguh hancur, Tuhan... "Terimakasih karena kau masih hidup. Terimakasih sudah bertahan selama ini. Aku mengerti hidupmu berat, dan mungkin kau berpikir lebih baik kematian datang untuk menjemputmu. Tapi nyatanya, kau masih ada di hadapanku. Terimakasih.." Aku mengerutkan alis. Aku berusaha memasang senyum palsu karena nyatanya raga ini sudah tidak bisa bergerak. Hatiku sangat hancur. Tapi, aku tidak aka

Hidup

"Aku ingin hidup." Aku melihat ke arah langit-langit kamar, berbincang dengan diriku sendiri yang kesepian. "Apa maksudmu? Bukankah kamu memang terbiasa jatuh beberapa kali? Bukankah kamu memang sering terkhianati beberapa kali? Bukankah kamu terbiasa menangis sendiri? Bukankah kamu memang lelah dengan hari-hari yang kau lalui? Bukankah tidak ada satupun orang yang menghargaimu? Bukankah kamu sendiri lelah dengan hidupmu?" Tanya seseorang dalam pikiranku. Aku tidak bisa berpikir dengan jernih. Tapi sesaat kemudian, aku tersenyum saat memandang wajah orang-orang yang aku sayangi. Selama ini aku memang berlagak tak peduli dengan omongan orang. Dan kesakitan hidup telah membawaku kemari, ke titik dimana aku tak tau lagi harus berbuat apa. Aku mencoba mengasingkan diriku dari dunia luar, aku berusaha mendorong jauh jiwa-jiwa yang telah meyakinkan hatiku. Sudahlah. Aku takut terluka dan sakit lagi. Tapi, seiring berjalannya waktu, aku telah temukan orang-orang ber

101% Tired

Beberapa orang bilang, "Habiskan obatmu.." dengan alasan aku hanya bisa sembuh dengan obat itu. Beberapa orang lagi akan bilang, "Kau tak perlu obat itu untuk sembuh." Dengan alasan, jiwaku yang terganggu lalu untuk apa aku menelan obat itu setiap harinya? Setiap hari.. Ada banyak suara-suara bising orang yang membuatku bingung. Dan aku juga tidak tau aku akan melakukan yang mana. Bahagia pun tak lagi terdengar menyenangkan.. Hanya kabar burung---kelak ia akan terbang tinggi dan mungkin tak akan kembali lagi. Perihal depresi dan perasaan ingin mati mungkin sudah biasa terdengar. Orang-orang sudah tidak mau mendengar kata-kata itu, lebih tepatnya mereka sungguh tidak peduli. Meskipun aku berteriak sekencang apapun, mereka tidak akan peduli denganku. Mungkin awalnya aku berpikir, apa karena terlalu banyak orang di dunia ini yang menderita depresi sehingga mereka dipaksa bersembunyi di balik palsunya kebahagiaan mereka. Aku bosan dengan tanda tanya. Namun aku