Mari Berbincang Soal Takdir

Hari ini aku merenung.. Memikirkan sudah berapa orang yang akan menegur tindakanku.
Mungkin selama ini, ada lebih dari lima orang yang sudah mengingatkannya..

Desir darah yang mengalir di tubuhku berjalan dengan cepat, aku ingin menangis saat mereka menegurku. Kenapa? Aku tidak bisa bertahan di atas semua ini. Aku sakit.

Mereka selalu mengatakan padaku..

"Hei, Mutiara. Aku ingin mengucapkan terimakasih padamu."

Aku tidak tau apa maksud dibalik kata-kata itu. Tak jarang, aku menanggapinya dengan bertanya balik.. "Berterimakasih kenapa?" Hatiku sungguh hancur, Tuhan...

"Terimakasih karena kau masih hidup. Terimakasih sudah bertahan selama ini. Aku mengerti hidupmu berat, dan mungkin kau berpikir lebih baik kematian datang untuk menjemputmu. Tapi nyatanya, kau masih ada di hadapanku. Terimakasih.."

Aku mengerutkan alis. Aku berusaha memasang senyum palsu karena nyatanya raga ini sudah tidak bisa bergerak. Hatiku sangat hancur. Tapi, aku tidak akan mengatakan kelemahanku di depannya.

"Dan bila kau menunggu pertanda untukmu hidup, ini dia jawabannya. Tetaplah bertahan untukku, untuk semua orang, untuk orang-orang yang masih mencintaimu."

"Mutiara.. Sekarang, aku harap kau meletakkan silet itu, letakkan gunting itu, dan letakkan pisau itu. Aku mau kau berhenti mencakar dirimu, menyilet tanganmu, memukuli tubuhmu, membenturkan badanmu ke dinding. Sekarang, yang aku mau.. Tarik napasmu dalam-dalam, ambillah segelas air putih dan istirahatlah dari semua yang menghantuimu setiap harinya, matikan lampu kamarmu.. Aku tau kau suka gelap. Tidurlah, berpikirlah yang baik. Percayalah padaku, semuanya baik-baik saja."

Jantungku berdegup kencang. Mulutku membisu. Aku tidak tau harus berbuat apa. Sekarang, aku sendiri tidak tau apakah perkataannya akan memberi efek kepadaku atau tidak.

"Jangan lupa bahagia, ya, Mutiara... Walaupun aku tau hari-harimu susah, kau selalu berpikir matahari tidak akan terbit untukmu. Aku mau kau tetap bertahan hidup, ya! Kumpulkan lagi semangatmu. Sambutlah orang-orang yang mencintaimu dengan senyuman yang tulus bukan senyum yang kau buat-buat seperti biasanya. Aku selalu ada untukmu!"

Sekarang.. Apakah perkataannya benar? Mungkin aku tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Keduanya hampir membuatku terjatuh dalam jurang menyakitkan.

Tapi, untuknya yang selalu menyemangatiku.. Aku akan berusaha untuk hidup. Untuknya yang selalu menungguku dengan cerita baru, aku akan berusaha untuk tidak melakukan hal-hal lain. Terimakasih untukmu yang selalu menungguku berbagi cerita denganmu. Terimakasih untukmu yang tidak pernah absen untuk menyemangati diriku.

Special for Mr.Nathan who always gives me support anytime

Comments

  1. Hey Mutiara! You doing a great job today! I knew it!
    Keep shining, the world needs your light!

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Jatuh Cintalah pada Penulis

Teruntuk Jiwa yang Rapuh

Taruhan Paling Serius