Posts

Showing posts from June, 2019

Obsessive Compulsive Disorder

Ketakutan manusia tidak hanya pada ketinggian, tenggelam, kegelapan, laba-laba, atau kecoa terbang. Aku lebih takut untuk berpisah. Pernah sekali, dua kali, tidak—beberapa kali, aku membangun tembok tak kasat mata agar pondasi untukku kembali kuat tetap terbangun. Begitu nyamannya aku akan kesendirian, namun tak selamanya kesendirian dapat membelenggu diriku untuk hidup. Aku lebih takut untuk menjadi diriku sendiri. Menunjukkan segala kekurangan dan kelemahan. Aku takut ketika suatu saat kelemahanku terlihat, mereka tak lagi menganggapku Mutiara yang istimewa. Aku tahu. Ada beberapa orang yang tidak benar-benar peduli, mereka hanya penasaran, mereka hanya ingin tahu untuk bisa menusuk, mereka hanya ingin tahu untuk bisa mendekati seseorang lain. Dibohongi, disakiti, dikhianati itu adalah serangkaian resiko hidup yang tak bisa dihindari. Aku mengerti, aku betul-betul mengerti. Aku memang terlalu percaya kepada semua orang namun menurutku tidak ada yang salah dari terlalu perca

Sebelum Akhirnya (2)

Kita pada akhirnya kembali dipisahkan oleh semesta, dengan rencananya yang tak pernah kita duga. Kita pada akhirnya harus mampu menerima segala hal, usai waktu yang kita ulur agar perpisahan itu tak akan terjadi. Kita pada akhirnya sampai pada sebuah pehamaman, yang terbentuk dari sebuah renungan selama sembilan tahun terakhir. Kita telah sampai pada titik itu. Titik dimana kenyataan lebih menelik untuk memecah kita yang berada dalam satu warna, satu cerita, dan satu kata. Untuk kamu yang pernah aku sebut sebagai 'hujan', terimakasih. Terimakasih karena aku sekarang tahu bahwa hujan mengajarkan kita untuk mengikhlaskan sebuah kehilangan. Cinta tak selamanya harus disimpan, kadang harus dilepaskan untuk mendapat kebebasan. Bukan. Ikhlas itu bukan merelakan. Ikhlas itu memindahkan sesuatu yang kita cintai ke tempat yang lebih baik, tempat yang bisa membuatnya bahagia. Seperti katamu tentang hukum aksi dan reaksi. Bilamana aku merindukanmu, kamu mau merindukanku

Taruhan Paling Serius

Aku masih ingat kata-katamu saat kita duduk berdua tanpa kata. Memandang langit senja yang kian lenyap dimakan petang. Kau bilang, "Tidak apa-apa aku pergi. Tak perlu ada yang dikhawatirkan karena aku tak akan pernah hilang." "Kau akan hilang, aku juga akan hilang. Tak akan ada yang kekal dari kita. Hanya kenangan yang mampu teringat," jawabku. Ia tertawa. "Kau yakin aku akan hilang?" wajahnya yang menjengkelkan itu membuatku mau-tak mau menanggapinya. Aku hanya mengangguk sebagai jawaban. "Baiklah. Mari kita taruhan!" manik matanya yang menatapku dengan sorot berbinar-binar, seolah memang berniat taruhan. "Taruhan? Maksudmu?" Ia meraih tangan kananku paksa, lalu menjabatnya dengan tangan kanannya sendiri. "Aku taruhan. Walaupun pada kehidupan selanjutnya, pada ratusan pasang reinkarnasi dan skenario yang bermacam rupa. Tapi aku yakin aku tetap akan jatuh cinta padamu seperti pertama kali kita bertemu. Kita menjadi tu