Taruhan Paling Serius
Aku masih ingat kata-katamu saat kita duduk berdua tanpa kata. Memandang langit senja yang kian lenyap dimakan petang.
Kau bilang, "Tidak apa-apa aku pergi. Tak perlu ada yang dikhawatirkan karena aku tak akan pernah hilang."
"Kau akan hilang, aku juga akan hilang. Tak akan ada yang kekal dari kita. Hanya kenangan yang mampu teringat," jawabku.
Ia tertawa. "Kau yakin aku akan hilang?" wajahnya yang menjengkelkan itu membuatku mau-tak mau menanggapinya.
Aku hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Baiklah. Mari kita taruhan!" manik matanya yang menatapku dengan sorot berbinar-binar, seolah memang berniat taruhan.
"Taruhan? Maksudmu?"
Ia meraih tangan kananku paksa, lalu menjabatnya dengan tangan kanannya sendiri. "Aku taruhan. Walaupun pada kehidupan selanjutnya, pada ratusan pasang reinkarnasi dan skenario yang bermacam rupa. Tapi aku yakin aku tetap akan jatuh cinta padamu seperti pertama kali kita bertemu. Kita menjadi tua bersama dan melewati ratusan abad tanpa letih."
"Memang kenapa kau harus menyebut-nyebut reinkarnasi dan masa depan yang bahkan seharusnya kita belum mampu berpikir tentang itu di kehidupan selanjutnya?" tanyaku.
Baik, jawabannya sangat sederhana. "Karena denganmu, sepanjang masa tidak pernah cukup lama untukku."
—Mutiara
Kau bilang, "Tidak apa-apa aku pergi. Tak perlu ada yang dikhawatirkan karena aku tak akan pernah hilang."
"Kau akan hilang, aku juga akan hilang. Tak akan ada yang kekal dari kita. Hanya kenangan yang mampu teringat," jawabku.
Ia tertawa. "Kau yakin aku akan hilang?" wajahnya yang menjengkelkan itu membuatku mau-tak mau menanggapinya.
Aku hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Baiklah. Mari kita taruhan!" manik matanya yang menatapku dengan sorot berbinar-binar, seolah memang berniat taruhan.
"Taruhan? Maksudmu?"
Ia meraih tangan kananku paksa, lalu menjabatnya dengan tangan kanannya sendiri. "Aku taruhan. Walaupun pada kehidupan selanjutnya, pada ratusan pasang reinkarnasi dan skenario yang bermacam rupa. Tapi aku yakin aku tetap akan jatuh cinta padamu seperti pertama kali kita bertemu. Kita menjadi tua bersama dan melewati ratusan abad tanpa letih."
"Memang kenapa kau harus menyebut-nyebut reinkarnasi dan masa depan yang bahkan seharusnya kita belum mampu berpikir tentang itu di kehidupan selanjutnya?" tanyaku.
Baik, jawabannya sangat sederhana. "Karena denganmu, sepanjang masa tidak pernah cukup lama untukku."
—Mutiara
Comments
Post a Comment