untuk seseorang yang akan hilang dari pelukan

Teruntuk tuan yang sebentar lagi akan meninggalkanku.

Terima kasih telah mengutus beberapa orang untuk menjaga diriku, agar aku selalu aman di sini tanpa dirimu.

Aku kira, nanti setelah kau menjadi dokter, kau akan bertanya, "Apakah ia masih menjadi seorang penakut yang menggemaskan? Atau ia akan menjadi seorang yang mudah cemburu dan manja? Ah, aku akan sangat rindu untuk mengatainya seorang penakut yang manja."

Ah iya, jikalau ada seorang wanita yang mengajakmu pergi keluar untuk makan malam, kusarankan kau sedikit berusaha mencari jodoh kali ini, karena aku sadar kalau kau bukan sepenuhnya milikku—sahabatmu yang punya tanggal lahir sama denganmu.

Kau di sana. Aku di sini.

Perihal rindu yang bertamu tiba-tiba, ah sial! Rindu bisa datang kapan saja. Ia tak peduli pada sunyinya malam, ataupun ramainya siang. Ia bisa datang secara tiba-tiba dan menggali kenangan yang sudah lama terkubur rapi.

Tanpa sadar, rindu menyusup datang dengan bantuan sejuknya hujan, teriknya mentari hingga terangnya rembulan.

Bahkan, rindu dapat menyusup dengan bantuan mimpi. Mimpi tuk mengulang semuanya bersamamu misalnya.

Andai aku tidak terlalu manja dan kekanak-kanakan, aku pasti punya banyak waktu untuk membiarkanmu bercerita tentang 'sakit' yang telah kau derita sejak lama. Andai aku tidak terlalu egois untuk selalu menangis dan menceritakan masalahku di depanmu, aku pasti punya banyak waktu untuk membiarkanmu tidak selalu memperhatikanku. Seharusnya, kau juga perlu aku perhatikan.

Sebentar lagi, kau akan jadi dokter—cita-citamu paling aneh karena yang aku tahu kau hanya suka menulis cerita.

Sebentar lagi, kau akan pergi dariku dalam kurun waktu yang lama untuk mengejar cita-citamu. Sekaligus meninggalkanku di sini.

Sebentar lagi, tak ada lagi orang yang mau mengantarku pulang dengan percuma, tak ada lagi orang yang akan memasangkan helm untukku, tak ada lagi orang yang selalu menuliskan kata-kata penyemangat di sebuah sticky notes, tak ada lagi orang yang selalu memberikan bekal makanannya untukku, tak ada lagi orang yang bisa aku jadikan tempat peraduan paling nyaman selama aku hidup.

Sebentar lagi, aku juga harus mandiri. Harus bisa hidup dengan banyak masalah sendirian. Aku harus terbiasa hidup tanpa dia.

Terkadang, setiap saat yang ada di pikiranku hanyalah, "Saat kau pergi, aku di sini dengan siapa?"

Tak apa. Mungkin hidup tanpa dirimu adalah yang terbaik bagiku. Dan mungkin, suatu saat aku bisa bertemu lagi denganmu, saat kita telah mencapai cita-cita kita. Kau menjadi dokter, aku menjadi penulis.

Mungkin kadang, aku akan rindu pelukanmu. Aku akan rindu rangkulanmu saat aku menangis. Aku rindu tanganmu yang selalu menepuk kepalaku sebanyak tiga kali, haha bahkan aku masih mengingatnya.

Aku ingin kau membaca ini saat kau sudah pergi. Sahabatku. Seseorang yang memiliki tanggal lahir yang sama denganku. Seseorang yang memiliki huruf depan di namanya setelah huruf depan di namaku. Seseorang yang seperti saudaraku sendiri. Seseorang yang tidak bisa aku ungkapkan betapa menakjubkan dirimu sebenarnya.

Aku akan menjalankan pesanmu untuk menjaga dan menemani orang tuamu seperti orang tuaku sendiri. Tidakkah kau lupa, kalau orang tua bahkan nenek kita sudah bersahabat sejak dulu? Jangan khawatir, aku akan menjaga mama mu yang sangat perhatian kepadaku, mendengarkan setiap ceritaku tentang hubungan kita, dan selalu memberikan sebuah bekal yang diberikannya spesial untukku, dan papa mu yang sangat tampan dan gagah sama sepertimu.

Terima kasih telah menyayangiku. Aku akan mengatakannya pada bintang-bintang. Aku juga akan mengatakannya pada orang tuamu.

Setelah M ada N.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Jatuh Cintalah pada Penulis

Teruntuk Jiwa yang Rapuh

Taruhan Paling Serius